Jumat, 12 Agustus 2011

Ketika Salman Al-Farisi mencari kebenaran sejati

Ketika Salman Al-Farisi mencari kebenaran sejati, ia harus menembus kabut gelap dalam tandusnya tanah Persia. Meninggalkan keluarga dan kaumnya yang menyembah api, hidup terlunta-lunta, bahkan menjadi budak. Toh ia tetap gigih pada pendiriannya. Sampai cahaya kebenaran itu ia dapatkan di sebuah tempat yang lama ia impikan, Madinah. Disinilah ia berjumpa manusia agung dan mulia, Rosulullah SAW, yang memperkenalkannya pada Al-Haq, Alloh Robbul Izzati.
Islam mengubah hidup Salman. Dari seorang budak menjadi manusia merdeka. Rosulullah SAW pun sangat menghargai pendapatnya ketika terjadi perang Khandaq. Bahkan beliau menganggap Salman sebagai bagian dari keluarganya.
Berabad-abad setelah itu, seorang ahli kelautan asal Prancis mendapatkan kebenaran sejati dengan cara yang menakjubkan sekaligus mengharukan. Bertahun-tahun berkecimpung dan "mengembara" di laut lepas, Jaques Costeau -nama ilmuwan itu- menemukan fenomena yang menggetarkan jiwa dan sel-sel keingintahuannya yang sangat besar.
Saat berada di "perbatasan" samudera pasifik dan atlantik, Jaques Costeau melihat ada semacam tirai yang membatasi arus pertemuan kedua samudera itu. Ini sungguh diluar dugaannya. Rasa takjub itu kemudian ia sampaikan kepada sahabatnya, Maurice Bucaille. Pengarang buku Quran, Bibel, dan Sains Modern ini kemudian menuntunnya pada firman Alloh: "Dia membiarkan dua lautan mengalir yag keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing."(QS Ar-Rahman:19-20)
Kenyataan itu sungguh membuat Jaques Costeau terpana. Sebagai orang pertama yang menemukan fenomena itu, ia merasa yakin Rosulullah SAW telah menyampaikan wahyu dari Yang Maha Suci. Sungguh tidak mungkin Rosul berdusta, dan sungguh keliru orang-orang yang mendustakannya. Kebenaran sejati telah ia temukan. tak perlu menunggu waktu lama, ia pun memeluk Islam. "Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, maka jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu."(Qs Al-Baqarah: 147)
Islam adalah cahaya yang menerangi. Cahayanya menghidupkan hati-hati yang mati agar mampu memahami hakikat kehidupan ini. Bersyukurlah kita sebagai muslim, karena kita memiliki potensi untuk menata hidup dan kehidupan selaras dengan kehendak Ilahi.
Sayangnya, masih banyak orang yang bersikap apriori terhadap islam dengan berbagai alasan. Bahkan mereka terus berupaya menghalangi manusia dari jalan Alloh. Caranya adalah dengan mengaburkan hakikat kebenaran sejati yang melekat dalam ajaran Islam maupun dalam kehidupan. kalau perlu mereka mempertentangkan kekeliruan agar manusia tak tahu lagi kebenaran yang akan diyakininya.
Maha Besar Alloh, sesungguhnya segala sesuatu di alam semesta ini hanya tunduk kepada-Nya, dengan sukarela atau terpaksa. Apakah orang-orang yang mengingkari keberadaan Alloh SWt dan Muhammad sebagai rosul-Nya mampu menahan laju usia mereka sendiri? Sungguh, hanya kepada-Nya kita semua akan kembali.
SEMOGA BERMANFAAT.................................